Langsung ke konten utama

Menanggapi Kaidah Lailatul Qadar Imam Al-Ghazali

Menanggapi Kaidah Lailatul Qadar Imam Al-Ghazali

Menanggapi Kaidah Lailatul Qadar Imam Al-Ghazali

Dari sekian banyak kekhususan pada Ramadhan yang Allah berikan kepada umat yang diberkahi ini, adanya malam yang lebih baik dari 1000 bulan, yang dikenal dengan Lailatul Qadar.

Beberapa ulama berpendapat, bahwa malam itu menjadi sedemikian mulia karena al-Quran turun pada malam tersebut. Ini pendapat yang kuat. Ulama yang lain mengatakan, malam itu menjadi mulia karena turunnya Jibril membawa sejumlah keberkahan yang tidak ada pada malam lainnya. 

Dulu saya mengutip, ada sebuah riwayat yang menerangkan bahwa malam tersebut bentuk kasih sayang Allah kepada umat Rasulullah. Jika umat yang lain diberikan umur yang panjang agar dapat melakukan ibadah yang banyak, maka umat ini diberikan Lailatul Qadar agar mendapatkan pahala yang banyak dalam waktu yang begitu singkat. 

Karena pahala yang begitu besarnya, setiap orang yang mengetahuinya pasti akan tergiur dan mencari tau, bagaimana ia bisa mendapatkan pahala yang dijanjikan pada malam tersebut? 

Pada asalnya, malam tersebut dirahasiakan kapan pasti terjadinya. Kebanyakan hal-hal yang berharga memang seperti itu. Harta karun, gunung emas, dan tambang batu bara juga menjadi berharga karena tempat-tempatnya begitu rahasia dan tidak semua orang bisa mendapatkannya.

Rasulullah dalam beberapa hadits memberikan kita sedikit kisi-kisi tentang malam tersebut. Awalnya, Rasulullah pernah mengetahui secara pasti kapan malam itu tiba, namun secara tiba-tiba beliau dibuat lupa oleh Allah karena ada hikmah tertentu. 

Meskipun kapan pastinya tidak dijelaskan, namun Rasulullah tetap memberikan bocoran agar kita memperhatikan dengan khusus 10 hari terakhir ramadhan, pada malam dengan bilangan ganjil, bahkan di beberapa riwayat beliau menyebut malam 25 atau 27 atau 29. Intinya tidak ada kepastian tanggalnya, semuanya hanya perkiraan.

Lalu bagaimana dengan kaidah dari al-Imam Hujjah al-Islam Abu Hamid Muhammad al-Ghazali (w. 505 H) yang tersebar, jika ramadhan dimulai hari ini maka Lailatul Qadar akan jatuh tanggal sekian, dan jika hari yang lain makan tanggalnya pun akan berbeda. Ini adalah hasil penelitian beliau, yang bahkan juga diikuti oleh al-Imam Abu al-Hasan al-Syadzili dan al-Imam al-Bakri dan ternyata beliau merasakan kebenaran kaidah tersebut sehingga mulai dari usia beliau berdua sudah bisa merasakan Lailatul Qadar itu.

Kaidah tersebut begini bentuknya: jika Ramadhan dimulai hari Ahad atau Rabu maka Lailatul Qadar akan terjadi pada tanggal 29 Ramadhan. Jika awal Ramadhan dimulai hari senin maka ia akan terjadi pada tanggal 21 Ramadhan. Jika hari Kamis, maka akan terjadi pada tanggal 25 Ramadhan. Jika hari Sabtu, maka akan terjadi pada tanggal 23 Ramadhan. Dan jika hari Jum'at atau selasa maka akan terjadi pada tanggal 27 Ramadhan. 

Tentang kaidah ini, kita tentu akan berprasangka baik terhadap penelitian ulama besar islam tersebut, dengan memerhatikan malam-malam yang telah beliau sebutkan. Jika menyesuaikan dengan Ramadhan tahun ini yang dimulai dari hari Sabtu (Mesir) maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 23. Lalu bagaimana dengan yang puasanya mulai pada hari Minggu? Tinggal lihat saja tabelnya. Loh, jadi ada dua malam Lailatul Qadar dong? 

Dari pada timbul kebingungan seperti ini, lebih baik kita kembalikan kepada asalnya, bahwa malam yang mulia tersebut tidak diketahui secara pasti kapan terjadinya. Ulama menyebutkan alasan malam tersebut disembunyikan, agar umat islam tetap semangat ibadah pada setiap malamnya, dengan penuh keyakinan bahwa setiap malam adalah Lailatul Qadar. 

Syekh Abdullah bin Shiddiq al-Ghumari dalam kitab beliau yang berjudul Ghayah al-Ihsan fi Fadhli Ramadhan mengatakan: “Dapat disimpulkan dari perahasiaan Lailatul Qadar, dianjurkan bagi orang yang melihat malam tersebut agar tidak menceritakan ke orang banyak.”

Perlu diketahui, al-Imam Abi Zakariya Yahya bin Syaraf al-Nawawi berpendapat bahwa hanya orang yang dapat melihat Lailatul Qadar sajalah yang mendapatkan pahala 1000 bulan tersebut. Namun, pendapat yang kuat yang dipilih oleh mayoritas ulama, ganjaran tersebut didapatkan oleh siapapun, meskipun mereka tidak melihat Lailatul Qadar. 

Syekh Al-Ghumari melanjutkan: “dalil anjuran agar tidak menceritakan Lailatul Qadar adalah ketentuan Allah yang menjadikan malam itu rahasia, dan Hadits Rasulullah yang tidak menjelaskan secara pasti kapan malam itu terjadi, dan segala kebaikan ada pada ketentuan Allah dan Rasul-Nya (pada merahasiakan malam Lailatul Qadar), dan kita begitu ditekankan untuk mengikuti apa yang telah ditentukan.”

Tulisan singkat ini tidak berniat untuk menyalahkan kaidah Imam Al-Ghazali, namun hanya sebatas saling mengingatkan agar tidak lalai pada setiap malam Ramadhan, terlebih 10 malam terakhir, karena pada setiap malam itu memiliki potensi terjadinya Lailatul Qadar, dan yang pasti, detik-detik pada bulan Ramadhan sangatlah penting agar diisi dengan berbagai macam ibadah. 

Toh, saya juga yakin, tujuan Imam al-Ghazali dalam menyebarkan kaidah itu bukan bertujuan agar orang baru mulai atau hanya beribadah pada malam tertentu yang beliau sebutkan. Namun, agar menambah semangat dan jumlah ibadah yang sudah didawamkan pada Ramadhan pada malam-malam yang beliau sebutkan. 

Al-Imam al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari –seingat saya– menegaskan bahwa menurut pendapat yang paling kuat Lailatul Qadar selalu berpindah-pindah dan tidak bisa ditentukan pada malam tertentu. Pendapat ini didasari karena bermacam-macamnya riwayat yang menyebut banyak tanggal tanpa kepastian. 

Jika ingin mendapatkan Lailatul Qadar, pertama ikuti Rasulullah yang mana beliau jika sudah memasuki 10 malam terakhir Ramadhan, beliau mengencangkan kainnya (tidak menggauli istri), menghidupkan malamnya secara totalitas, dan juga ikut membangunkan keluarganya. Jika tidak mampu seperti ini, minimal shalat maghrib, isya dan subuh dalam berjamaah, dan turut menjaga sunnah rawatib, menurut guru-guru kami, dengan ibadah yang demikian ringan, anda mendapatkan Lailatul Qadar meskipun tidak merasakan kejadiannya. Wa Allahu 'Alam. 

____

Fahrizal Fadil. 

Sabtu, 16 April 2022.

Madinah Buuts al-Islamiyyah.

Sumber FB Ustadz : Fahrizal Fadil

16 April 2022 pada 09.32  ·

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hikmah Dirahasiakannya Malam Qadr

HIKMAH DIRAHASIAKANNYA MALAM QADR Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq   Malam kemuliaan atau Lailatul Qadr adalah suatu malam yang  dibahasakan oleh al imam Muhyiddin Ibnu Arabi rahimahullah sebagai sebuah kado istimewa bagi umat nabi Muhammad ﷺ yang nilainya tidak tertandingi oleh apapun.[1] Namun diantara yang masih terus menjadi bahan perdebatan ulama dahulu hingga hari, kapankah malam kemuliaan ini terjadi ? Ada sekian  banyak pendapat ulama dalam masalah ini, hingga  al imam Ibnu Hajar al Asqalani sendiri dalam Fath al Bari menyebutkan sekitar 45 pendapat ulama dengan dalil masing-masing. Yang jelas pada akhirnya, kapan malam Qadr ini terjadi tidaklah bisa dipastikan 100 persen waktunya. Semua hanya berdasarkan dugaan, baik dugaan secara kuat maupun lemah. Lalu apa kira-kira hikmah dari disembunyikannya waktu yang luar biasa ini dari kita ? Berikut diantara pendapat para ahli ilmu tentang hal ini : 1. Agar manusia lebih bersungguh-sungguh dalam mencarinya Berkata al imam Ibnu Hajar

Nikmat Malam Qadr Untuk Umat Muhammad

NIKMAT MALAM QADR UNTUK UMAT MUHAMMAD Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq   Mayoritas ulama dan para ahli fiqih berpendapat bahwa Lailatul Qadr adalah bentuk kekhususan dan karunia yang Allah ta’ala berikan hanya kepada umat Muhammad ﷺ, tidak kepada umat-umat sebelumnya.[1] Al imam Abu Muhammad Badruddin al-‘Aini al Hanafi berkata : ‌خاصة ‌بهذه ‌الأمة، ‌ولم ‌تكن ‌في ‌الأمم ‌قبلهم، جزم به ابن حبيب وغيره من المالكية، ونقله عن الجمهور...من الشافعية “Sesungguhnya malam Lailatul Qadar hanya khusus bagi umat saja, tidak ditemukan untuk umat sebelumnya, menetapi pendapat ini Ibn Habib dan selainnya dari kalangan Malikiyyah,  Dan juga dinukilkan dari mayoritas pengikut Syafi’i.”[2] Pendapat Jumhur ulama ini didasarkan kepada beberapa hadits diantaranya : إن رسول الله صلى الله عليه وسلم أري أعمار الناس قبله، أو ما شاء الله من ذلك، فكأنه تقاصر أعمار أمته أن لا يبلغوا من العمل مثل الذي بلغ غيرهم في طول العمر، فأعطاه الله ليلة القدر خير من ألف شهر “Nabi ﷺ diperlihatkan umur umat terdahulu yang panj