Langsung ke konten utama

Apakah Orang yang Mendapatkan Lailatul Qadar Harus Menjumpai Keajaiban?

Apakah Orang yang Mendapatkan Lailatul Qadar Harus Menjumpai Keajaiban? - Kajian Islam Tarakan

Apakah Orang yang Mendapatkan Lailatul Qadar Harus Menjumpai Keajaiban?

Barangkali, sebagian kaum muslimin merasa tidak percaya diri dalam menjemput lailatul qadar (malam kemuliaan) yang digambarkan penuh dengan aneka hal yang tidak biasa dijumpai, atau sebentuk karamah. Disebut karamah, yaitu bagi sesiapa yang pada malam qadar ini tersingkapi alam malakut langit dan bumi, atau melihat pendar cahaya. 

Barangkali juga, karena merasa minder, mereka undur diri dan memilih biasa-biasa saja dalam menjemput sepuluh terakhir Ramadan. Tarawih selepas Isya secara langsung, tetap dilaksanakan sembari dalam hati berujar, "Cukup gini aja dah."

Pertanyaannya, apakah memang mutlak dinyatakan bahwa yang disebut telah mencapai Lailatul Qadar itu harus mencapai atau merasakan perjumpaan sesuatu?

Ternyata beberapa ulama, misalnya Imam Ibn Jarir at Thabary (w. 310 H), dan Syekh Ibnul Araby (w. 543 H), sebagaimana dikutip al-Hafidz Ibn Hajar al-Asqalany (w. 852 H) berpendapat bahwa mendapatkan Lailatul Qadar itu tidak harus merasakan dan menjumpai fenomena ajaib. Orang yang Qiyam Ramadan dan tidak merasakan sentuhan malaikat, misalnya, tetap memperoleh anugerah Lailatul Qadar, walaupun tidak sesempurna sesiapa yang merasakannya.

Al-Hafidz Ibn Hajar al-Asqalany (Fathul Bary Syarah Shahih al-Bukhari, juz 5 halaman 231, cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah) menyebutkan perbedaan pendapat para ulama tentang apakah Lailatul Qadar itu mempunyai tanda pengenal atau tidak. Dengan catatan bahwa pada umumnya ulama menyatakan Lailatul Qadar itu memiliki tanda yang dapat dikenali. 

Yang menyatakan bahwa lailatul Qadar itu mempunyai tanda pengenal menyebutkan beberapa tanda, yaitu, (1) terlihat segala sesuatu dalam keadaan bersujud, (2) pancaran cahaya di setiap tempat hingga pada tempat yang gelap, (3) terdengar ada salam atau komunikasi dari malaikat, (4) doa yang terkabulkan.

Para malaikat datang bergelombang dan mengucapkan salam kepada kaum muslimin yang taat, dari permulaan malam hingga terbitnya fajar shubuh. Bahkan Malaikat Jibril akan menyalami tiap kaum muslimin, tanpa ada yang ketinggalan. 

Syekh Fakhruddin ar-Razy seorang ulama pakar tafsir yang wafat pada 606 Hijriah (Tafsir al-Kabir, juz 11, halaman 234, cetakan Dar Ihya Turats Arabi) menyebutkan tanda bahwa Jibril menyalami kalangan yang taat, yaitu kulit merinding, hati menjadi lembut, dan air mata menetes. 

Sementara Imam Ibn Jarir at-Thabary menyatakan, "Keseluruhan tanda itu bukan sesuatu yang pasti terjadi, dan untuk disebut telah berhasil mencapai Lailatul Qadar itu tidak dipersyaratkan harus melihat dan mendengar sesuatu."

Lanjutannya, Imam at-Thabary menyatakan bahwa tanpa melihat tanda lailatul Qadar pun manusia yang beribadah di malam lailatul Qadar tetap memperoleh pahala keutamaan lailatul qadar.

Kiai Ahmad Asymuni Petok Kediri (w. 1442 H) dalam kitab "Tafsir al-Qadr" mengutip pernyataan berikut,

ويحصُل فضلُها لِمن أحْياها وإِنْ لم يشعُر بها، ونفْيُه محمولٌ على نفْي الكمالِ، ومَن صلّى العشاءَ في جماعةٍ فقدْ أخذَ حظَّه مِنها

"Keutamaan Lailatul Qadar telah tergapai bagi sesiapa yang menghidupkannya, walaupun ia tidak merasakannya. Penegasian capaian itu diarahkan pada ketiadaan kesempurnaan pencapaian. Sesiapa yang shalat Isya berjamaah, maka sungguh ia telah memperoleh bagian (keutamaan) Lailatul Qadar."

Jadi, kaum muslimin yang belum atau tidak merasakan gejala alam, tetap saja harus semangat. Pokoknya kita tetap ikuti titah Rasulullah semampunya. Kita hidupkan dengan shalat, membaca Quran, dan banyak berzikir dan berdoa, terutama sebagaimana dalam riwayat dari Aisyah radhiallahu ‘anha, 

“Aku bertanya, ‘Wahai Rasulallah, jika aku menjumpai satu malam yang itu merupakan lailatul qadar, apa yang aku ucapkan?’

Nabi menjawab, “Ucapkanlah,

اللَّـهُـمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُـحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Dzat yang Maha Pemaaf dan Pemurah maka maafkanlah diriku.”

Sehingga, dengan melaksanakan salat Tarawih, lebih-lebih dengan berjamaah, plus salat Shubuh berjamaah, sudah terhitung terlimpahi keutamaan Lailatul Qadar, insyaAllah.

Syekh Muhammad Nawawi Banten yang wafat pada 1314 Hijriah (Nihayatuz Zain, Surabaya, al-Hidayah, halaman 198) ketika menyebutkan menghidupkan lailatul qodar menyebut ada ada tiga strata:

وَمَرَاتِبُ إِحْيَائِهَا ثَلَاثَةٌ عُلْيَا وَهِيَ إِحْيَاءُ لَيْلَتِهَا بِالصَّلَاةِ وَوُسْطَى وَهِيَ إِحَيَاءُ مُعْظَمِهَا بِالذِّكْرِ وَدُنْيَا وَهِيَ أَنْ يُصَلِّيَ الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ وَالصُّبْحِ فِي جَمَاعَةٍ                                      

Artinya, “Tingkatan menghidupkan lailatul qadar ada tiga. Yang tertinggi adalah menghidupkan lailatul qadar dengan shalat. Sedang tingkatan yang sedang adalah menghidupkan lailatul qadar dengan zikir. Tingkatan terendah adalah menjalankan shalat Isya dan Subuh berjamaah."

Senada, tentang kaum muslimin yang beribadah pada lailatul qadar tapi belum merasai suatu fenomena khusus, Syekh Nawawi menyatakan, 

ويَنال العامِل فضلَها وإِنْ لمْ يطلّع عليهَا عَلى المُعتمد

"Yang beribadah pada malam lailatul qadar tetap memperoleh keutamaannya, walaupun tidak melihatnya, menurut pendapat yang muktamad." 

So, tetap semangat menjemput Lailatul Qadar yang merupakan kekhususan umat Nabi Muhammad, terutama pada sepuluh akhir Ramadan, dan berbaik sangka kepada Allah, bahwa akan selalu ada anugerah terindah untuk kita yang berusaha senantiasa taat.

Sumber FB Ustadz : Yusuf Suharto sedang bersama Yusuf Suharto.

5 Mei 2021 pada 19.44  · 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hikmah Dirahasiakannya Malam Qadr

HIKMAH DIRAHASIAKANNYA MALAM QADR Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq   Malam kemuliaan atau Lailatul Qadr adalah suatu malam yang  dibahasakan oleh al imam Muhyiddin Ibnu Arabi rahimahullah sebagai sebuah kado istimewa bagi umat nabi Muhammad ﷺ yang nilainya tidak tertandingi oleh apapun.[1] Namun diantara yang masih terus menjadi bahan perdebatan ulama dahulu hingga hari, kapankah malam kemuliaan ini terjadi ? Ada sekian  banyak pendapat ulama dalam masalah ini, hingga  al imam Ibnu Hajar al Asqalani sendiri dalam Fath al Bari menyebutkan sekitar 45 pendapat ulama dengan dalil masing-masing. Yang jelas pada akhirnya, kapan malam Qadr ini terjadi tidaklah bisa dipastikan 100 persen waktunya. Semua hanya berdasarkan dugaan, baik dugaan secara kuat maupun lemah. Lalu apa kira-kira hikmah dari disembunyikannya waktu yang luar biasa ini dari kita ? Berikut diantara pendapat para ahli ilmu tentang hal ini : 1. Agar manusia lebih bersungguh-sungguh dalam mencarinya Berkata al imam Ibnu Hajar

Nikmat Malam Qadr Untuk Umat Muhammad

NIKMAT MALAM QADR UNTUK UMAT MUHAMMAD Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq   Mayoritas ulama dan para ahli fiqih berpendapat bahwa Lailatul Qadr adalah bentuk kekhususan dan karunia yang Allah ta’ala berikan hanya kepada umat Muhammad ﷺ, tidak kepada umat-umat sebelumnya.[1] Al imam Abu Muhammad Badruddin al-‘Aini al Hanafi berkata : ‌خاصة ‌بهذه ‌الأمة، ‌ولم ‌تكن ‌في ‌الأمم ‌قبلهم، جزم به ابن حبيب وغيره من المالكية، ونقله عن الجمهور...من الشافعية “Sesungguhnya malam Lailatul Qadar hanya khusus bagi umat saja, tidak ditemukan untuk umat sebelumnya, menetapi pendapat ini Ibn Habib dan selainnya dari kalangan Malikiyyah,  Dan juga dinukilkan dari mayoritas pengikut Syafi’i.”[2] Pendapat Jumhur ulama ini didasarkan kepada beberapa hadits diantaranya : إن رسول الله صلى الله عليه وسلم أري أعمار الناس قبله، أو ما شاء الله من ذلك، فكأنه تقاصر أعمار أمته أن لا يبلغوا من العمل مثل الذي بلغ غيرهم في طول العمر، فأعطاه الله ليلة القدر خير من ألف شهر “Nabi ﷺ diperlihatkan umur umat terdahulu yang panj

Menanggapi Kaidah Lailatul Qadar Imam Al-Ghazali

Menanggapi Kaidah Lailatul Qadar Imam Al-Ghazali Dari sekian banyak kekhususan pada Ramadhan yang Allah berikan kepada umat yang diberkahi ini, adanya malam yang lebih baik dari 1000 bulan, yang dikenal dengan Lailatul Qadar. Beberapa ulama berpendapat, bahwa malam itu menjadi sedemikian mulia karena al-Quran turun pada malam tersebut. Ini pendapat yang kuat. Ulama yang lain mengatakan, malam itu menjadi mulia karena turunnya Jibril membawa sejumlah keberkahan yang tidak ada pada malam lainnya.  Dulu saya mengutip, ada sebuah riwayat yang menerangkan bahwa malam tersebut bentuk kasih sayang Allah kepada umat Rasulullah. Jika umat yang lain diberikan umur yang panjang agar dapat melakukan ibadah yang banyak, maka umat ini diberikan Lailatul Qadar agar mendapatkan pahala yang banyak dalam waktu yang begitu singkat.  Karena pahala yang begitu besarnya, setiap orang yang mengetahuinya pasti akan tergiur dan mencari tau, bagaimana ia bisa mendapatkan pahala yang dijanjikan pada malam terseb